Ke Amrik beli markisa
Dimakan bareng roti
Turutkan rasa binasa
Turutkan hati mati
Ambil kain dalam karung
Kain dijahit pakai benang
Bagai umur setahun jagung
Dan darah setampuk pinang
Siang-siang terasa suntuk
Mata terpejam tandanya ngantuk
Seperti pinggan dekat mangkuk
Salah sedikit sudah terantuk
Burung merpati burung tekukur
Hinggap tinggi dipohon sagu
Dalamnya laut dapat diukur
Dalamnya hati siapa tahu
Ada kubik bernama dadu
Satu sisi bermata satu
Di luar bagai madu
Di dalam bagai mengkudu
Ada anak bernama Kiki
Kerja disawah menjadi tani
Ke bukit sama didaki
Ke lurah sama dituruni
Lempar batu sambut-menyambut
Jatuh kebumi terbelah dua
Kalau dipanggil dia menyahut
Kalau dilihat dia bersua
Ingin pergi ke kota Paris
Tidak tabu siapa dibawa
Dibujuk dia menangis
Ditendang dia tertawa
Jika kau tak ingin
Jangan tolak sambil membentak
Bila nasi tak dingin
Pinggan pun tak retak
Senin, 01 Desember 2014
Pantun Peribahasa bag. 1
bawah wajan hitam legam
dipakai ijah buat berdandan
adat tua menanggung ragam
makin tua banyak tanggungan
kanakan Banjar ketuju kelayangan
kelayangan pagat jadi rabutan
anak dipangku dilepaskan
anak sendiri disia-siakan
nanem ubi ditaman
ubi ditanam pak Anan
ada teman makan teman
disebutnya pagar makan tanaman
ada duren dibelah-belah
dibelah pakai galah
raja adil raja disembah
raja lalim raja disanggah
ada cincin dipangkal jari
dipasang sama sang mantan
pimpinan yang adil disenangi
pimpinan yang kejam dilawan
ada buah diatas pinggan
pinggan retak belah empat
semut diseberang laut kelihatan
gajah dipelupuk mata tak terlihat
diatas gunung tumbuh cemara
pohon cemara beranting sembilan
ibarat tangan menggenggam bara
terasa panas dilepaskan
rintik hujan jatuh satu-satu
turun membasahi wajah sang bumi
ada udang dibalik batu
pasti ada maksud tersembunyi
ada anak memakai gelang
gelang dipakai diincar maling
ada harimau mati meninggalkan belang
gajah mati meninggalkan gading
beli dua dapat satu
sepatu baru dari ibu
biar tak lupa kuberitahu
hidup segan mati tak mau
berguru kepadang datar
dapat rusa belang kaki
berguru kepalang ajar
bagai bunga kembang tak jadi
dipakai ijah buat berdandan
adat tua menanggung ragam
makin tua banyak tanggungan
kanakan Banjar ketuju kelayangan
kelayangan pagat jadi rabutan
anak dipangku dilepaskan
anak sendiri disia-siakan
nanem ubi ditaman
ubi ditanam pak Anan
ada teman makan teman
disebutnya pagar makan tanaman
ada duren dibelah-belah
dibelah pakai galah
raja adil raja disembah
raja lalim raja disanggah
ada cincin dipangkal jari
dipasang sama sang mantan
pimpinan yang adil disenangi
pimpinan yang kejam dilawan
ada buah diatas pinggan
pinggan retak belah empat
semut diseberang laut kelihatan
gajah dipelupuk mata tak terlihat
diatas gunung tumbuh cemara
pohon cemara beranting sembilan
ibarat tangan menggenggam bara
terasa panas dilepaskan
rintik hujan jatuh satu-satu
turun membasahi wajah sang bumi
ada udang dibalik batu
pasti ada maksud tersembunyi
ada anak memakai gelang
gelang dipakai diincar maling
ada harimau mati meninggalkan belang
gajah mati meninggalkan gading
beli dua dapat satu
sepatu baru dari ibu
biar tak lupa kuberitahu
hidup segan mati tak mau
berguru kepadang datar
dapat rusa belang kaki
berguru kepalang ajar
bagai bunga kembang tak jadi
Langganan:
Postingan (Atom)